Minggu, 12 April 2020

Merevisi Teks Tantangan Pembatasan Solar Bersubsidi

Merevisi teks tantangan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaik sebuah teks tantangan. Pada kegiatan ini Anda diminta untuk merevisi sebuah teks tantangan yang disajikan, namun masih terdapat beberapa kekeliruan. Revisi teks tersebut dapat berupa kesalahan ejaan, pilihan kata, atau kalimat. Di samping itu, revisi sebuah teks tantangan juga pada bagian struktur teksnya agar sesuai dengan struktur teks tantangan. Untuk itu memang diperlukan kecermatan dalam mengamati sebuah teks. Teks yang akan direvisi adalah pada kegiatan ini adalah sebuah teks tantangan dengan judul "Pembatasan Solar Bersubsidi Dinilai Repotkan Warga".

Supaya kegiatan merevisi teks tantangan dapat berjalan dengan baik, silahkan baca teks tersebut dengan cermat. Perhatikan kata-kata yang masih kurang tepat. Perlu diketahui bahwa di dalam teks tersebut banyak dijumpai kesalahan, terutama ejaan dan bentuk kata. Struktur teksnya pun belum menggambarkan struktur teks tantangan. Untuk itu, pada bagian ini, silahkan perbaiki teks tersebut sehingga menjadi teks tantangan yang benar dan penggunaan unsur kebahasaan pun juga benar. Berikut ini contoh hasil revisi teks tantangan.
 Merevisi teks tantangan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaik sebuah teks ta Merevisi Teks Tantangan Pembatasan Solar Bersubsidi

Pembatasan Solar Bersubsidi Dinilai Repotkan Warga
Jenis KalimatContoh Kalima
Isu (masalah)P.T. Pertamina mulai memberlakukan penghapusan penjualan solar bersubsidi disetiap di setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) jakarta pusat Jakarta Pusat. Sementara itu, diwilayah di wilayah Jakarta lainnya di lakukan dilakukan pembatasan waktu penjualan solar bersubsidi. Hal ini menuai kecaman sejumlah masyarakat. Kebijakan pembatasan penjualan solar bersubsidi ternyata belum sepenuhnya disosialisasikan ke masyarakat.
Argumen
menentang
Pembatasan BBM bersubsidi, khususnya solar, dengan pembatasan jam penjualan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dinilai tidak akan efektif. Hingga saat ini belum ada kejelasan secara resmi tentang pembatasan penjualan solar bersubsidi untuk SPBU.

Hal ini menuai kecaman sejumlah masyarakat. Seorang warga di Jakarta Timur mengatakan bahwa pembatasan waktu penjualan solar bersubsidi ini sangat merepotkan. Kebijakan pembatasan jam tersebut akan merepotkan orang-orang kecil. Cara seperti itu juga dinilai tidak efektif karena ketika masih ada pilihan yang murah maka masyarakat akan memilih yang murah, yakni solar bersubsidi dibanding yang non subsidi.

Warga Jati Bening, Jakarta Timur, itu mengaku kerepotan dengan adanya penghapusan penjualan solar bersubsidi disejumlah di sejumlah tempat. Ia terpaksa berputar-putar untuk mencari SPBU yang menjual solar ber subsudi bersubsidi. Biasanya di dekat rumahnya ada yang berjualan solar bersubsidi, dengan adanya kebijakan baru tersebut ia harus berputar-putar mencari tempat yang menjual solar bersubsidi.

Hal yang sama juga di sesalkan disesalkan oleh seorang pengemudi angkutan umum 26 Jakarta Timur. Dia dan rekannya mengaku kesulitan menyari mencari SPBU yang menjual solar bersubsidi. Menurutnya, sejumlah tempat seperti SPBU 33 13401 Kalimalang di ketahui diketahui telah memberlakukan pembatasan penjualan solar sejak pukul 00.00 tadi malam. Biasanya, SPBU itu melayani pembelian solar bersubsidi untuk truk, mikrolet, atau angkutan umum lainnya.
SimpulanPenjaga SPBU, Yuliana mengaku sosialisasi pembatasan penjualan solar ber subsidi bersubsidi telah di lakukan dilakukan sejak lama dengan menempelkan pengumuman berupa poster dan pemberitahuan langsung. Namun masih banyak masyarakat yang tidak tahu.
(Sumber: http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/08/04/273178/pembatasan-solar-bersubsidi-dinilai-repotkan-warga

Pembatasan solar bersubsidi ternyata menimbulkan kelangkaan ketersediaan solar, yang ujung-ujungnya akan berdampak kepada masyarakat lapis bawah. Lantaran, pengguna solar sebagaian besar adalah rakyat kecil, seperti sopir angkutan umum, petani, dan nelayan. Sopir angkot dan bus antarkota-propinsi, serta sopir truk harus kehilangan pendapatannya lantaran mereka tidak bisa memenuhi target setoran akibat solar semakin langka. Petani pengguna traktor tidak bisa menggarap sawah karena solar tidak tersedia untuk menjalankan traktornya. Para nelayan tidak bisa lagi menghidupi keluarganya karena tidak bisa melaut tanpa ketersediaan solar untuk menjalankan kapal penangkap ikan.